Saturday, December 13, 2008

3

soundtrack: Tanz der Zuckerfree by London Festival Orchestra


Seorang gadis sedang terisak di bawah pohon. Gadis itu tetap menunduk, terdiam sesaat dan terus terisak. "Gadis yang malang." Pikirku. Ku sentuh pundaknya, dia tak bergeming. Aku membungkuk mencoba menerka apa yang sedang ia tangisi. Tangannya mendekap kedua lututnya yang terlipat, dadanya terhimpit oleh pahanya. Kusentuh sekali lagi bahunya, lalu kuraih wajahnya. Alangkah kagetnya aku saat melihat gadis itu tidak mempunyai mata. Hanya ada ruang kosong di antara kening dan hidung nya. Kulit yang putih pucat dan polos.

Aku terperanjat. Seketika bangun. Dia tetap terisak dan tak menggubrisku. Dan kembali menunduk..

ali ini dia tertawa. Tertawa kecil dan lucu. Terdengar sedikit suara bahagia yang murni. Lalu terdengar mulai keras. Mulai keras dan keras. Aku menutup kuping. Tapi tawa itu terdengar jelas sekali. Aku kembali membungkuk. Kali ini mengguncangkan bahunya dengan kedua tanganku. Dia tetap tertawa, dan sekilas terlihat wajahnya. Seketika aku lepas bahunya.. ada yang aneh di wajahnya.. kini tak ada mulut.. tak ada sepasang bibir mungil yang kulihat tadi. Yang ada hanyalah sepasang mata indah coklat menawan. Bulat dan jernih… melihat ku langsung tanpa perantara. Seakan menusuk jantung..


Aku jatuh terduduk. Hanya bisa menutup telinga dan mata. Berharap itu semua akan hilang dalam sekejap… tapi tawa itu tetap terdengar, isakan itu kembali muncul. Bayangan wajah gadis itu tetap saja terbayang. Aku. Aku hanya bisa diam, air mata berlinang dari mataku..


Dan sesaat aku tersesat di alam bawah sadarku…


its three o'clock in the morning…

1 comment:

Anonymous said...

God sake!!
lo bikin gw ktakutan..
gw lagi sendirian di rumah..
hhhrrrr.... miawwwww..

[thelovereporter]